Senin, 28 November 2011

arogansi di jalan raya

"Macam jalan nenek moyangnya saja" gumam seseorang dari atas sepeda motor yang merambat lambat. Dengan modal klakson lantang dan sedikit mengabaikan sopan santun di jalan, Ketika sebuah mobil Honda jazzi berhasil merangsek ke depan kendaraan lainnya. Hampir semua mata memandang ke arah mobil yang memancing perhatian dengan klaksonnya. Namun semua hanya melihat sesaat kemudian terdiam. Mereka terdiam, entah karena fragmen arogansi seperti itu sudah biasa mereka lihat di jalan atau karena di kaca mobil itu terlihat menempel stiker lambang kesatuan tertentu yang "menantang" mata.

Tidak perlu berpikir terlalu lama, dari beberapa atribut yang ditempel di dinding belakang mobil itu-mungkin dengan rasa bangga-diketahui, pemilik mobil diduga anggota salah satu kesatuan tertentu yang bertugas menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat. Kalau dugaan ini keliru, pastilah mobil itu milik anggota keluarga sang oknum aparat itu. Atau, mungkin pemilik mobil masyarakat sipil yang memasang stiker resmi untuk tujuan tertentu. Gagah-gagahan, misalnya, agar bisa berperilaku arogan di jalan. Arogansi di jalan seharusnya dipersepsikan sebagai kebanggaan memalukan. Ironisnya, malah ada yang menikmati tabiat ini tanpa rasa malu. Bila kita jeli mengamati, mereka yang bertabiat seperti ini justeru oknum yang - seharusnya - memiliki beban moral menjaga nama baik institusi dan berkewajiban memberi teladan pada masyarakat.

Jika kita bertandang ke kota negeri tetangga di seberang Selat Malaka akan terkagum-kagum melihat pengalaman di jalan yang sungguh berbeda. Di Penang, Malaysia, polisi jarang terlihat. Namun di jalan orang tetap taat pada aturan. Di Indonesia, Sat Lantas Yang ada di Indonesia - boleh jadi - sudah sering melakukan imbauan agar pengendara berperilaku santun di jalan. Salah satunya imbauan melalui poster maupun baliho yang pernah terlihat di persimpangan-persimpangan jalan. Dengan masih ada oknum yang belum memiliki komitmen memberi teladan di tengah masyarakat, kita ragu terhadap niat menjadikan masyarakat lebih santun di jalan. Apalah arti sebuah poster untuk menggugah kesadaran, apabila oknum yang harusnya menjadi teladan bagi masyarakat justeru masih ada perilaku arogan yang memalukan di jalan.

Sekarang kita lihat fragmen lain yang tidak kalah asyik di tengah kemacetan jalanan. Apa itu? Memperhatikan rombongan mobil pejabat lewat. Ya. Tidak ada yang membedakan pejabat dan rakyat di jalan raya kecuali mobilnya. Tidak percaya?  Rajin-rajinlah jalan-jalan di sore hari menyusuri jalan protokol pada jam para pejabat pulang ngantor dengan mobil dinasnya. Kalau Anda beruntung akan bertemu mobil pejabat melakukan kunjungan dinas bersama rombongan di simpang lampu merah - maksudnya traffic light. Lihat bedanya! Dalam jarak dua kilometer jelang simpang, petugas lalu lintas sudah berjaga-jaga menunggu mobil sang pejabat lewat. Petugas siaga di setiap simpang, bahkan begitu ’memaksa’ untuk kelancaran arus lalu lintas yang searah mobil pejabat, meskipun harus mengabaikan rambu lalu lintas yang berlaku.

Seperti yang terjadi di suatu sore di sebuah simpang jelang mobil pejabat lewat. Sejumlah pengendara di belakang garis pembatas jalan patuh berhenti karena di depan lampu rambu masih menyala merah. Namun petugas lalu lintas justeru meminta meraka terus jalan setelah menyetop arus dari arah - yang justeru - berlampu hijau. Menerobos lampu merah sebuah pelanggaran berat dalam situasi normal aturan lalu lintas. Namun sore itu tidak biasa, tidak ada sanksi pelanggaran, karena dari arah belakang mobil pejabat segera lewat. Pengguna jalan boleh menerobos lampu merah, dengan pengawalan pula.

Legal menerobos lampu merah juga dilakukan ambulans serta armada pemadam kebakaran. Hal itu merupakan pengecualian yang mudah dipahami orang awam. Pasalnya, dalam ambulans ada pasien sekarat yang harus segera ditolong. Mobil pemadam harus buru-buru karena di sebuah tempat api yang berkobar harus segera dipadamkan. Kalau tidak, bakal hangus seluruh rumah di lingkungan yang padat penduduk. Namun apa bila ada orang - baca: pejabat -pulang kerja dengan aturan istimewa di jalan mengabaikan aturan berlaku merupakan sebuah pengecualian yang sulit dimengerti. Tidak cuma sulit dimengerti, tapi masih menyisakan ganjalan di hati: mengapa harus ada diskriminasi di jalan.

Tidak ada yang kebal hukum dan aturan. Harusnya jaminan ini berlaku pula di jalan raya. Faktanya, makin kentalnya perbedaan antara mobil rakyat dengan mobil pejabat. Baik kelakuan maupun perlakuan belum mencerminkan keteladanan banyak hal.

Perlakuan pada mobil pejabat, boleh jadi mengacu pada sebuah prosedur tertentu yang menjadi bagian fasilitas yang diberikan negara. Karena itulah terserah bagaimana kita melihat dan menimbang keadilan sebuah aturan di jalan raya. Namun perlakuan berlebihan - apa lagi tidak mendidik - tidak sesuai dengan semangat membangun pola berpikir santun dan disiplin di jalan.

Sementara kelakuan oknum pengendara mobil pejabat atau satuan dinas tertentu yang arogan di jalan harusnya mendapat edukasi yang pantas. Pasalnya, di pundak merekalah tanggungjawab moral nama besar institusi kebanggaannya dengan memberi teladan kesantunan kepada masyarakat di jalan raya.

Kita berharap koreksi ini memberi kesadaran positif bagi siapa pun, bahwa jalan adalah pentas peradaban sebuah kota. Jalan adalah etalase karakter dan kamajuan berpikir masyarakatnya, sekaligus indikator mengukur mental aparatnya.

Jalan raya di sebuah negara yang maju mempertontonkan karakter masyarakat yang disiplin, tertib, santun dan menjaga etika umum. Mereka malu dituding sebagai masyarakat yang tidak berbudaya dan tidak berpendidikan. Lalu, bercerminlah di jalan-jalan protokol kota kita. Seberapa majukah peradaban budaya kita?. ***

Kesan ''Minor'' Masyarakat Terhadap PTS

Selama bertahun-tahun, dalam masyarakat kita terbentuk kesan ’’minor’’ terhadap Perguruan Tinggi Swasta (PTS ). Selain biaya pendidikannya yang ’’selangit’’, PTS sering diidentikkan sebagai perguruan tinggi kelas dua, karena kualitas, pelayanan, dan manajemennya dianggap lebih rendah daripada Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Kesan minor itu diperparah dengan gencarnya pemberitaan media mengenai sejumlah PTS yang jualan ijazah, jualan gelar, atau menyelenggarakan pendidikan tanpa memberi jaminan kualitas kepada lulusannya (outcome).  Tidak sedikit pula orangtua calon mahasiswa baru  yang malu mengatakan kalau anaknya kuliah di PTS. Itu karena konstelasi dalam budaya kita masih berorientasi pada pemerintah. Bahwa menjadi pegawai negeri itu bergengsi, menjadi pejabat itu lebih dihormati, dan sebagainya.

Persepsi ini tentu berbeda dari persepsi masyarakat di negara maju seperti Amerika Serikat. Di sana, mahasiswa maupun orangtua justru bangga jika dirinya atau anaknya kuliah di Universitas Harvard, Universitas Yale, atau Universitas Georgetown, yang tercatat sebagai PTS ngetop. Di negeri kita, sebenarnya banyak PTS yang berkualitas dan menerapkan sistem penjaminan  mutu tidak kalah dari PTN. Misalnya Universitas Atma Jaya (Jakarta), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Islam Indonesia (UII),dan sebagainya.

Sebetulnya PTS berpeluang Menghilangkan kesan ''Minor'' masyarakat dan Juga merebut simpati masyarakat. Misalnya mengimbangi mahalnya biaya kuliah dengan penyediaan sarana-prasarana, fasilitas, dan kualitas pendidikan yang baik. Masalah Internal Jika pengelola PTS mampu melakukan manajemen dengan baik, besar kemungkinan PTS bukan lagi kelas dua. PTS harus lebih proaktif dan profesional dalam menarik minat calon mahasiswa. Tidak dengan cara iming-iming instan, namun harus sesuai dengan yang telah dijanjikan, supaya mahasiswa tidak merasa tertipu. Janji-janji manis namun tidak sesuai dengan kenyataan akan menjadi catatan buruk bagi PTS bersangkutan. Melalui sikap proaktif dan profesional dari PTS, diharapkan akan meminimalisasi sepinya peminat.

Kwalitas PTS sejatinya Tidak Seburuk yang masyarakat bayangkan.So Sudah saatnya menghilangkan kesan minor yang selama puluhan tahun melekat pada PTS. PTS mesti duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan PTN, baik dari sisi manajemen, kualitas akademik, pelayanan pendidikan, dan penjaminan mutu para lulusannya. Dengan begitu, tidak akan ada lagi orang tua yang malu atau rendah diri tatkala putera-puterinya kuliah di PTS. !

Selasa, 22 November 2011

Danau Toba yg tercemari



Danau Toba adalah danau vulkanik, yang diperkirakan terjadi akibat letusan maha dasyat yang dikenal dengan istilah super vulcano Gunung Toba purba. Dengan lebar sekitar 100 km dan lebar 30 km, kedalaman kira kira 505 m. Diperkirakan letusan Gunung Toba purba terjadi sekitar 66.000 - 77.000 tahun yang lalu.  Letusan itu kemudian membentuk kaldera dengan sisa letusan menjadi Pulau Samosir.  Saya tidak tahu, dimana lagi bisa ditemukan pulau cukup besar di sebuah danau sangat besar yang airnya tawar. Tapi sayang keindahan danau toba bagaikan gadis perawan yang belum mahir bersolek.Gincu itu apa pun belum tahu. Seperti itulah danau Toba.Potensi yang diabaikan.


Karunia alam teramat indah yang sayangnya sudah sekian lama ditelantarkan. Malah Timbul Permasalahan lain, Lihat betapa kotornya air danau toba sekarang,Sampah dimana mana. Danau air tawar yang berada di pegunungan Bukit Barisan ini kian hari kian mirip Tong Sampah. Masalah ini kian lama kian serius karena populasi di sekitar danau besar ini juga makin bertambah terus. Dulu mungkin keadaannya berbeda.  Penduduk yang masih sedikit.  Sampah mereka masih bisa diuraikan alam.  Sekarang kondisinya berbeda.  Alam kian muak dengan prilaku penduduk sekitar yang tak mau bersih bersih.  Mana ada daerah tujuan wisata yang jorok. Belum lagi selesai masalah populasi dan limbahnya ini, sekitar 2 dekade terakhir Danau Toba dihadapkan dengan polusi dari industri.

Banyaknya Sampah yang mengotori air danau toba masih menjadi salah satu persoalan serius yang belum dapat ditangani secara maksimal di kawasan Danau Toba,Masyarakat yang tinggal di pinggir Danau Toba tetap mengalirkan sampah rumah tangga tanpa memerhatikan kebersihan lingkungan.Kesadaran masyarakat menjaga kebersihan Danau Toba masih jauh dari harapan, sehingga danau terindah di Indonesia itu kini penuh dengan sampah rumah tangga dan sampah lain yang merusak lingkungan sekitar. Tercemarnya Danau Toba yang disebabkan limbah yang langsung dialirkan ke danau tanpa lebih dulu dikelola harus dipulihkan secara perlahan.Terlebih untuk limbah masyarakat yang membutuhkan pengubahan paradigma.

Kekhawatiran lain yang ditimbulkan sampah di Danau Toba, yakni keterancaman berbagai populasi ekosistem, termasuk beragam jenis ikan tawar dan kehidupan masyarakat.Tapi Kerusakan Danau Toba yang disebabkan banyaknya sampah bukan hanya salah dari masyarakat saja, melainkan harus disadari bahwa itu merupakan kesalahan bersama yang harus diperbaiki secara bersama juga,bukan hanya salah masyarakat. Jadi,pilihan saat ini adalah apakah membiarkan Danau Toba jadi tong sampah raksasa atau lokasi wisata yang menarik?.

Sabtu, 19 November 2011

Jejaring sosial, pisau bermata dua

Jejaring sosial, sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Profesor J.A Barnes di tahun 1954, kali ini kerap menjadi perbincangan dikarenakan dampaknya yang meluas:positif maupun negatif.

Dapat diartikan bahwa jejaring sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (individu atau organisasi) yang terikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, teman, ide, dan keturunan.

Jaringan sosial dapat beroperasi di banyak tingkatan mulai dari individu, keluarga hingga negara. Menurut penelitian akademik Jaringan ini memegang peranan penting dalam menentukan cara memecahkan masalah bagi

seseorang maupun organisasi, bahkan derajat keberhasilan individu dalam mencapai tujuannya.

Dengan perkembangan teknologi, berbagai situs bermunculan, situs komunitas/jaringan sosial sebuah fenomena internet yang mewakili generasi muda. Situs-situs ini awalnya sering digunakan untuk mencari jodoh. Namun pada perkembangannyamodus yang sama juga digunakan untuk mencari teman. Salah satu jenis situs seperti ini yang populer adalah di Indonesia Friendster (juga merupakan yang pertama) dan Myspace serta facebook.

Munculnya jejaring sosial versi maya ini, mempengaruhi relasi manusia. Situs komunitas diatas di buat untuk memenuhi keinginan individu untuk berkomunikasi tanpa ada batasan waktu dan ruang. Tak jarang jejaring sosial kerap berpotensi mempengaruhi pola berpikir seseorang dan membentuk kepribadian individu.

Jejaring sosial maya yang semula digunakan sebatas menjalin ikatan diantara teman, sahabat dan keluarga, kini bermetamorfosa menjadi gerakan sosial baru. Solidaritas kebersamaan pun terbangun seketika lewat situs jejaring ini ketika Jakarta diguncang bom, bencana (cth Sumatera Barat), sosial (cth koin cinta Bilqis, koin untuk Prita). Berbagai aksi simpati dan solidaritas ini pun cepat terjalin lewat jejaring sosial maya.

Tidak hanya itu, situs jejaring ini juga bisa menjadi media politik alternatif. Hal ini terlihat dari dukungan aksi solidaritas terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tidak hanya garang di wadah digital saja dengan dukungan kurang lebih 1 juta pengguna Facebook. Akan tetapi, jejaring maya ini pula tampil nyata dalam aksi di Bundaran HI.

Kekuatan era digital ini menjelma menjadi kekuatan riil, dimana setiap individu memiliki kekuatan penuh untuk menyuarakan ide atau gagasannya sendiri. Akan tetapi media ini juga kerap mengundang kontroversi.

Berkembangnya situs jejaring sosial sebagai tren komunikasi masyarakat modern, perlu disikapidengan jernih. Khususnya bagi anak-anak, dikhawatirkan dapat terpengaruh negatif dengan arus informasi yang sangat bebas dalam situs jejaring sosial.

Tak pelak, banyak korban anak-anak khususnya perempuan yang hilang akibat kenalan di facebook. Selain itu pula media situs jejaring ini juga tidak bebas murni. Karena banyak kasus yang berkaitan dengan pernyataan pribadi yang kerap dianggap mengundang SARA. Sebagai contoh kasus Evan Brimob, Ibnu Rachal Farhansyah memicu kemarahan masyarakat Bali, kasus Luna Maya di Twitter dan terakhir Zulfikry Imadul Bilad mahasiswa ITB yang dianggap rasis terhadap masyarakat Papua.

Selain itu juga banyak perusahaan yang menganggap situs jejaring sebagai momok. Beberapa perusahaan berusaha memblokir situs jejaring, karena mempengaruhi produktifitas kerja para karyawan. Kita tidak bisa menyalahkan teknologi, karena seiring berkembangnya zaman pasti memiliki risiko yang harus dikenali. Baik buruknya situs jejaring tergantung dari kearifan dari pengguna untuk menggunakannya secara positif. Situs jejaring ini hanya salah satu wadah berkomunikasi, tapi jangan sampai terjadi dehumanisasi dalam kehidupan masyarakat. Akibat terparahnya adalah masyarakat jadi kehilangan keterampilan sosial.

Sabtu, 12 November 2011

Sombongnya pemilik mobil


Jalan raya adalah sarana untuk umum yang dibangun oleh pajak rakyat, juga pemilik kenderaan (kenderaan apa saja) membayar pajak kenderaan bermotor untuk jalan raya. Artinya, apakah itu pemilik mobil mewah, super mewah, setengah mewah atau mobil reot yang selalu tersebut sebagai mobil danga-danga, adalah pembayar pajak. Itu artinya hak pemilik kenderaan bermotor segala ukuran miliki hak yang sama atas jalan raya yang dilaluinya, termasuk pemiliknya juga pemilik hak yang sama. Tidak ada perbedaan.
Selalu terjadi pertengkaran yang tak dapat dielakkan, ketika si pemilik kenderaan bermotor, berbuat seenaknya saja, sambil ketawa-ketiwi dari atas mobilnya. Pertengkaran hampir saja berubah jadi adu jotos, hanya karena arogansi saja. Dengan seenaknya saja, seorang pengemudi atau penumpang atau pemilik mobil pribadi seenak perutnya saja meludah keluar dari jendela mobilnya. Tak memikirkan apakah pengendera sepeda motor di sisi kirinya, sedang melintas dari belakang. Tak pelak lagi, si pengendera sepeda motor pun terkena ludah sang ibu yang mungkin pemilik mobil atauy sang nyonya pemilik mobil atau apalah namanya.

"Kan, aku tidak sengaja. Namanya saja tidak sengaja," bentak si nyonya dengan lantamnya. Lantas kalau tidak sengaja, berarti persoalan sudah selesai. Kalau tidak sengaja, lantas tidak perlu meminta maaf, malah sebalikknya mendelik dan dengan lantam membentak, padahal dia mengenakan pakaian yang agamis. Sudah barang tentu pula, yang dibentak dan terkena ludah di bajunya tidak menerima.

"Jadi mau apa? Mau minta uang ganti rugi beli baju? Bilang saja tak mampu beli baju baru," lagi-lagi perempuan lantam itu membentak. Si pengendera sepeda motor pun tak kalah sengitynya, lalu mengeluarkan kata makian. Para tukang beca pun ikut campur melihat kejadian yang sangat menyedihkan dana meremehkan itu. Mereka menganggap, yang naik sepeda motor itu adalah setingkat di bawah yang naik mobil. Untgung saja sang korban terkena ludah itu, melerai mereka, karean mobilnya yang mewah masih plat toko berwarna putih merah itu, hampir dilempar pakai batu. Untung supir pembawa sang nyonya tadi turun dan memohon maaf kepada si pengendera sepeda motor.

Bukan itu saja, seminggu kemudian kejadian lagi, dengan seenaknya dari mobil sedang yangh mengkilat itu, terlempar keluar kulit jeruk dan... plak, seorang pejalan kaki terkena kulit jeruk. Kontan saja si pejalan kaki langsung memaki sekuat-kuatnya. Apa yang terjadi? Perempuan muda dari dalam mobil bukannya minta maaf, melainkan tertawa terkekeh-kekeh seperti mengejek. Mungkin darah naikk ke ubun-ubun, sebuah batu tak bersayap dengan cepat terbang ke arah mobil sedang dan... tar, kaca belakang mopbil langsung pecah. Beberapa orang dari dalam mobil turun. Melihat gelagat ini, orang yang melempar mengerti dan cepat mengambil langkah seribu, masuk gang. Mungkin bukan hanya si pemilik mobil yang yakin, kalau si pemuda yanglari masuk gang itu adalah masyarakat sekitar, tetapi tukang beca yang mangkal di dekat situ mungkin tau. Gantian orang dari mobil itu yangberteriak-teriak gantian memaki. Orang-orang yang ada di sekitar hanya senyum,. Ketika merek amau naik ke mobil lagi, serentak masyarakat yang ada dan menyaksikan kejadian itu, tertawa serentak menyoraki si pemilik mobil.

Belum lagi dengan seenaknya dari dalam mobil terlempar puntung rokok keluar mobil. Apakah mereka yang naik mobil demikian seenaknya melempar apa saja dari dalam ke luar mobil? Bukankah yang diluar mobil juga adalah manusia yang harus dihormati, walau mereka pejalan kaki sekali pun? Bukankah mereka juga membayar pajak dan dengan pajak mereka telah menyumbangkan sebagian dana mereka untuk membangun jalan raya yang dipakai oleh pemilikk kobil mewah? Bukankah pejalan kaki dan segala sesuatunya di atas jalan raya, bisa dikenakan UU lalulintas? UU lalulintas kan bukan hanya bagi pengendera mobil dan sepeda motor saja? UU Lalulintas kan juga untuk masyarakat pejalan kaki dan kenyamanannya?

Sudah saatnya UU Lalulintas bisa ditinjau kembali dan diperbaharui untuk keamanan dan kenyamanan bagi semua manusia yang menggunakan jalan raya, dimana jalan raya itu dibangun dengan uang dari pajak rakyat, tanpa pandang bulu apakah dia kaya atau miskin.

Orang Kaya Memiliki Derajat di Atas Orang Miskin?

APA yang menjadi pengukur tinggi rendahnya derajat seseorang di mata publik? Harta? Kekayaan? Jika iya, lalu pantaskah kita membenarkan bahwa orang kaya memiliki derajat di atas orang miskin? Sangatlah lucu—bahkan geli—sesungguhnya bila pertanyaan di atas kita benarkan. Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang sangat sederhana. Tanpa membutuhkan waktu yang lama, sesungguhnya orang yang bijak akan langsung tahu, pertanyaan tersebut tidaklah dapat dibenarkan.

Agama apa pun tak pernah membenarkan hal tersebut. Tuhan tak pernah mengatakan orang kaya memiliki derajat di atas orang miskin. Manusia kejilah yang telah menciptakan pendapat-pendapat miring tersebut.

Kendati tidak semua, tetapi tak dapat dipungkiri, tentu masih dapat dengan mudahnya kita jumpai orang-orang kaya yang beranggapan bahwa harta adalah segalahnya. Dan dikarenakan mereka telah memiliki banyak harta, mereka pun beranggapan merekalah yang terhebat. Dengan sikap yang seolah melupakan keberadaan Tuhan, nikmat Tuhan (harta mereka) yang semestinya disyukuri itu pun menjadikan mereka lupa diri dan kerap bersikap pongah.

Segala sesuatu pun dikaitkan, atau diputuskan berdasarkan seberapa besar jumlah harta yang dimiliki. Semisal mereka kaya, lalu mereka pun wajib diagung-agungkan oleh orang miskin, diberi kemudahan, kemenangan dan sebagainya. Lebih gawatnya, ada lagi yang setelah menerima bantuan, pertolongan berupa jasa dari orang lain, bukannya merasa berterima kasih dan bersyukur, mereka malah beranggapan bahwa sudah semestinya orang tersebut bekerja untuk diri mereka, karena mereka terhormat, banyak harta, pantas dilayani.

Padahal, sesungguhnya sikap-sikap tersebut sama sekali tidaklah membuat diri mereka menjadi sosok yang sepatutnya dihormati/dihargai di mata publik. Sikap-sikap tersebut pun melahirkan image buruk untuk diri mereka, di mata publik. Dan tentu saja jarang mereka akan mengetahui hal tersebut, karena apa yang namanya perkataan buruk (gosip) cenderung hanya dikeluarkan ketika tidak sedang berada di hadapan orang yang sedang dibicarakan.

Tak ada sanksi apa pun yang dapat diberikan publik terhadap mereka yang suka bersikap demikian. Ada pun itu hanyalah tindakan publik yang menjauhi mereka. Dan kalau sudah begitu, mungkin mereka masih tidak sadar, bahkan mengira publik menjauhi mereka karena dengki terhadap mereka. Itulah yang biasa boleh kita golongkan sebagai orang-orang yang kaya materi, namun miskin sosialisasi. Orang-orang yang melekat pada kekotoran batin, serta hal-hal yang bersifat tidak kekal.

Mungkin benar, mereka tidak akan merasa kesepian sekali pun telah dijauhi banyak orang, mengingat wajar saja kalau tentunya tidaklah mungkin, semua orang menjauhinya hingga di sisinya benar-benar tak ada seorang pun. Akan tetapi—cobalah bayangkan bila itu adalah Anda—pernahkah kita renungkan; mengapa banyak orang menjauhi saya? Apa yang telah saya perbuat terhadap mereka? Apakah saya telah menyakiti mereka? Ah, ya, di sisi saya masih memiliki banyak orang, untuk apa saya memikirkan hal tersebut? Tetapi apakah mereka benar-benar adalah sahabat sejati? Ataukah mereka bersahabat dengan saya hanya karena kita sama-sama kaya? Bila dalam sehari saja saya bangkrut, masihkah mereka bersedia bersahabat dengan saya untuk seumur hidup? Benarkah saat itu derajat saya telah berada di bawah mereka?

Dengan merenungkan pertanyaan-pertanyaan di atas, tentunya kita akan semakin yakin, sesungguhnya derajat seseorang sama sekali tidak boleh dinilai berdasarkan kekayaan. Jika kita adalah orang kaya, kita menilai segala sesuatu berdasarkan kekayaan, maka (sebagian besar/tidak semua) yang di sisi kita pun hanyalah sahabat-sahabat palsu, yang juga memiliki persamaan sifat seperti kita, yakni menilai segala sesuatu berdasarkan kekayaan. Dan belum tentu, kita masih akan dianggap sahabat, bila suatu hari nanti kita jatuh miskin. Saat itu mereka telah menganggap diri kita sebagai seseorang yang memiliki derajat di bawah mereka. Tak ada lagi manis yang dapat mereka petik dari kita. Lebih menyedihkan lagi mereka akan menjadi takut terhadap kita, kalau-kalau nantinya kita tiba-tiba membuka mulut hendak meminta atau meminjam uang dari mereka.

Insan yang miskin bukanlah insan yang pantas ditertawakan atau pun dipermalukan. Mereka sama sekali bukanlah pigura yang memalukan atau pun rendah. Mereka hanyalah insan yang kurang beruntung. Sebagai seorang kaya yang memiliki batin sehat, sesungguhnya akanlah sangat baik bila mampu menghargai siapa pun tanpa membeda-bedakan status. Seorang kaya haruslah memiliki jiwa sosial setinggi langit, dan hati serendah dasar laut.

Katakanlah yang buruk, kendati memang semua manusia akan mati dan meninggalkan segalanya, namun sesungguhnya masih terdapat satu hal yang akan tetap melekat. Apa itu? Status? Bukan! Tetapi image.

Hanya image-lah yang tetap akan melekat pada diri kita, sekali pun tubuh kita telah hangus, tercabik, terpotong, bahkan lenyap. Jika semasa hidup kita selalu bersikap buruk, maka setelah mati pun nama kita akan memiliki kesan buruk serta dicaci-maki. Sebaliknya jika semasa hidup kita selalu berbuat baik, maka setelah mati pun nama kita akan memiliki kesan baik serta dipuji-puji. Selain harta, nantinya nama itu jugalah yang akan diwariskan kepada keluarga. Tidakkah terlalu ironis bila kita harus mewariskan sesuatu yang buruk untuk keluarga kita yang padahal semasa hidup sangat kita kasihi?

Marilah yang miskin mengangkat kepala. Marilah yang kaya juga tidak memandang rendah yang miskin. Tuhan menciptakan kita dengan derajat yang sama, agar kita mampu bersosialisasi bersama. Sekali lagi, publik tak akan memberikan sanksi apa pun terhadap seseorang yang bersikap pongah. Tetapi, di belakanglah, image seseorang yang bersikap pongah telah menjadi bahan gosip serta caci-maki. Orang yang bersikap pongah hanyalah orang yang ber-image baik di batin sendiri, namun ber-image buruk di mata publik. Ironis....

SIKAP KITA AKAN MEMBAWA KEPADA KEBERHASILAN

Pernahkan Anda melihat seorang yang secara fisik sangat sempurna, tetapi memiliki sikap yang kurang baik. Apakah mereka akan memiliki hubungan-hubungan yang baik dengan sesamannya?  Ataukah mereka akan berhasil dengan pekerjaan mereka?

Bagaimana kita besikap adalah sangat penting dalam kehidupan ini, karena keunggulan seseorang bukanlah pada bakat bawan, IQ yang tinggi, atau talenta, tetapi pada soal sikap, kata Denis Waitley penulis buku The Winner’s Edge.

Segala sesuatu dengan sikap yang baik akan berjalan dengan baik. Pada saat kita menghadapi suatu tugas yang penting, kita harus memiliki sikap yaitu memfokuskan kepada kemungkinan-kemungkinan, bukan pada masalah-masalahnya.

Bagaimana sikap kita bisa membawa kepada keberhasilan :


Bertanggung jawablah atas sikap Anda
Kebahagiaan bukan diberikan oleh orang lain, benda-benda atau sesuatu dari luar diri kita, tetapi kebahagiaan ditentukan oleh bagaimana kita menyikapi segala sesuatunya.


Putuskanlah untuk mengubah bidang-bidang sikap Anda yang buruk.
Perubahan sikap tidak bisa dilakukan seperti membalikkan telapak tangan, tidak ada perubahan instan. Jangan pernah bermimpi bahwa setelah mengikuti sebuah seminar Anda langsung bisa memiliki sikap yang baik dalam semua kehidupan. Perubahan sikap harus dilakukan sedikit demi sedikit, secara berkesinambungan setiap harinya.  




Hargailah kehidupan.
Pada saat Anda bertemu dengan orang yang Anda hargai, bagaiman sikap Anda terhadap orang itu? Menghargai kehidupan berarti menghargai diri sendiri, menghargai sesama, dan menghargai alam semesta ini. Yakinlah bahwa segala sesuatu yang kita alami di kehidupan ini, adalah sebuah proses untuk kita bisa menghargai kehidupan ini. Pada saat Anda bisa menghargai kehidupan ini, Anda akan memiliki sikap yang baik kepada kehidupan ini.


Bagaimana pendapat Anda ?

Jumat, 04 November 2011

karakter hilang akibat tawuran


Secara umum pendidikan di indonesia dipandang mulai kehilangan karakter. Dunia Pendidikan di tanah air perlahan semakin Identik dengan kekerasan menyusul maraknya aksi tawuran Mahasiswa.
Mahasiswa dinilai mulai kehilangan identitas diri karena tidak mampu mengedepankan intelektualitas yang dimilikinya dalam mencari solusi dari suatu permasalahan yang sedang dihadapi.sebagai insan akademis, mahasiswa yang terlibat tawuran seharusnya mengintrospeksi diri apakah dengan perilaku yang lebih mengedepankan emosi tersebut layak disebut sebagai mahasiswa.

Dalam banyak kasus,tawuran mahasiswa di kampus berangkat dari keributan sepele antara warga organisasi mahasiswa yang satu dan yang lain.terjadinya tawuran dikampus-kampus dapat dijadikan sebagai bukti kalau masih kurangnya kesadaran moral mahasiswa tersebut. Bahkan dengan ikut tawuran tanpa disadarinya mereka telah melupakan statusnya sebagai seorang calon intelektual bangsa.

Kamis, 03 November 2011

Pemulung Pahlawan Lingkungan Hidup

Pemulung adalah pahlawan lingkungan hidup dan itu benar. Pemulung sampah di sekitar kita, yang hampir tanpa kenal lelah dan bosan terus memunguti sampah setiap harinya. Sampah di sekitar kita, berupa sampah plastik, kardus bekas makanan, botol air mineral, kertas koran yang tidak lagi berguna, bekas - bekas besi yang tidak mudah di cerna oleh udara dan tanah dan aneka sampah lainnya yang mungkin bagi pemulung sangat berguna sekali guna menyambung hidupnya dan keluarga mereka.


Pekerjaan mereka tentunya ikut membersihkan "Lingkungan Dari Sekitar Tempat Tinggal Maupun Tempat Beraktivitas Kita". Betapa mulianya pekerjaan mereka, tak mengenal, panas, hujan maupun angin. melihat pekerjaan mereka, apakah kita Peduli terhadap Pemulung? Secara jujur banyak yang tidak peduli, dan pernyataan kasarnya adalah, selama mereka dapat uang, silahkan lakukan memulung sampah!

Bahkan banyak tempat disekitar kita yang memasang tanda larangan bagi pemulung, dengan banyak alasan. Antara lain, curiga apabila salah satu dari pemulung akan mencuri barang - barang kita yang masih berguna. Selama kita mampu menjaga barang kita, mengapa takut dan curiga?


Ini satu ajakan dari sisi kemanusiaan, mari mulai peduli dengan pemulung yang adalah pahlawan lingkungan hidup dengan cara sederhana. Kumpulkan barang - barang kita, semisal botol air mineral, plastik, kardus bekas makanan dll dalam satu wadah, kemudian apabila ada pemulung datang, serahkan kepada mereka untuk di daur ulang di tempat yang semestinya.

Dengan metode tersebut, maka kita sendiri telah peduli lingkungan agar lingkungan kita menjadi bersih. Dan juga kita telah menolong meringankan beban para pemulung dalam mengais rejeki dari mengumpulkan sampah. Itu akan bernilai ibadah bagi kita.


Pemulung adalah pahlawan lingkungan hidup, mari kita sedikit peduli dengan mereka dan menghargai apa yang mereka lakukan bagi lingkungan ini. Dan bayangkan sejenak apabila tidak ada seorang pun mau melakukan pekerjaan sebagai pemulung. Apa yang terjadi dengan sampah kita? Apa yang terjadi dengan lingkungan kita?

Selasa, 01 November 2011

Dan kita memejam mata

Tidak semua hal bisa kita lihat dengan mata
Bisa kita rasakan dengan lidah
Bisa kita pegang dengan tangan
Bisa kita dengar dengan telinga
Kadang yang terpenting dan yang paling jujur
Adalah apa yang kita rasakan, ada di dalam diri
Ada di dalam nurani
Yang benar-benar tidak berwujud
Namun tak bisa diabaikan begitu saja.
Itulah mengapa…..
Kadang jika kita terlalu bahagia kita memejamkan mata
Kadang kita terlalu sedihpun kita memejamkan mata
Karena memang itu semua tak terlihat
Hanya bisa dirasakan saja

Dan ketika mata terpejam
Ada keindahan tersendiri yang memang sulit untuk dilukiskan
Ada Kedamaian tersendiri yang sulit dirangkaikan dalam kata-kata
Ada kerinduan yang dalam yang sulit diungkapkan
Semua mengalir begitu saja mengikuti irama hati.
Dan akupun memejamkan mata untuk menikmati semua hal yang tak terlihat oleh mata namun selalu ada menemani.

Medan 10 oktober,2011
Suryono.Briando.Siringo

Tanya Hatimu



heart 58 e1302013121758 Tanya HatimuDalam hidup ini kita sering diperhadapkan pada banyak pilihan, bahkan jalan yang kita laluipun banyak cabang dan kadang kita menjadi bimbang dan ragu ke arah manakah harus melangkah dan apa yang harus dipilih, karena setiap keputusan yang kita ambil pastinya memiliki resiko yang kelak kita tanggung sendiri.
Di saat hidup diperhadapkan pada pilihan, apalagi pilihan yang sulit, maka ambillah waktu dan ruang untuk menyendiri, dimana yang bisa terdengar hanyalah semilir angin ataupun ocehan semut-semut. Tenangkan diri sejenak, arahkan hati kepada Sang Pencipta dan mulailah mendengarkan apa kata hatimu.
Memang suara hati kecil begitu lirih dan nyaris tak terdengar tetapi disanalah sebenarnya terletak kejujuran dan kebenaran yang tak bisa dipungkiri, hanya saja kita lebih suka mendengarkan suara egoisme, suara keakuan yang justru membawa kita pada kehancuran jika tidak dikekang sedemikian rupa dengan kerendahan hati dan pengakuan tentang keterbatasan diri di hadapan Tuhan.

Di dunia ini, kita hanya sementara, pada akhirnya kita semua harus kembali pada-Nya, karena itu pertimbangkan lebih dalam, pilihan yang kita ambil, jalan yang kita pilih, akan membawa kita kemana, apakah pada kebahagiaan sempurna atau kesedihan abadi.

Aku percaya tidak ada yg mustahil,,


Aku salah seorang mahasiswa disalah satu universitas swasta di kota medan ini yg sampai saat ini msh dipusingkan yg namanya kuliah.memang secara akademik saya seharusnya saat ini sudah selesai kuliah.
tapi karena banyak nya godaan yg akhirnya membuat kuliahku terganggu.hingga akhirnya kawan'' satu angkatan uda banyak yg selesai kuliahnya.sedangkan aku msh berjuang untuk selesai kuliahku..

melihat kondisi kuliahku yg ta jelas membuat orang tuaku bertanya'-tanya.
Hingga suatu hari aku dsuruh orang tuaku pulang kekampung
Aku masih dapat mengingat dengan jelas kejadian di malam itu.Waktu itu aku berada di kamar orang tuaku.kedua orang tuaku duduk di tepi tempat tidur dan aku duduk dilantai.Mereka benar-benar terlihat kecewa. Malam itu,mereka mulai membuat ku berfikir mengenai apa yg aku inginkan bagi masa depanku. Mereka tidak Memarahiku,Tidak berteriak kepadaku, dan juga tidak memukulku. Mereka hanya memperlihatkan kekecewaan atas buruknya prestasiku di kampus.

Bagi orang tuaku,pendidikan sangatlah penting bagi masa depan.Sebagai orang tua,mereka telah terus menerus memperingatkan aku untuk belajar.Tetapi,jarak telah memisahkan kami. Hal ini tentu saja membuat orang tua ku kesulitan mengawasi aku.Dengan komunikasi yg hanya melalui telepon dan sms,tentu sulit bagi kedua orang tuaku untuk mengetahui apakah aku ''benar-benar belajar''.

aku kembali kekamarku dan mulai membayangkan hidup seperti apa yg telah aku jalani.Lalu aku teringat kisah orang tuaku 10 tahun lalu.Saat Ibu jatuh sakit keras.Demi kelangsungan hidup ibu semua harta yg dimiliki dijual untuk biaya berobat.Dengan mengorbankan smua harta benda yg ada.akhirnya ibu kembali sehat.
meski pada saat itu mereka hampir tidak memiliki apapun,tidak ada uang,tidak ada kerja.tidak ada satu pun..kecuali semangat dan dorongan untuk berubah.Tetapi Hal itu tidak pernah membuat mereka menyerah. Mereka memang pernah mengalami masa'' hancur dan sedih.Dan,yg menakjubkan adalah mereka mampu kembali percaya diri,tekun dan optimis memulai hidup baru.Hingga akhirnya mereka mampu bangkit kembali.

Jika saja saat itu orang tua ku mengakui kekalahan mereka dan menyerah,tentu saja saat ini aku tidak akan mempunyai kesempatan untuk kuliah,jika saja orang tuaku menyerah,aku pasti akan tinggal dijalan dan mencari-cari cara untuk tetap bertahan hidup.

''tidak ada yg mustahil'' adalah kata-kata yg usang,namun jika mengingat cerita orang tuaku yg berhasil bangkit setelah keterpurukan.maka kata-kata itu bs dipercaya. Aku ingin mengubah hidupku dan mempunyai satu tujuan agar dapat menyelesaikan kuliahku secepatnya untuk menunjukkan rasa terima kasihku kepada orng tuaku.

Dan sekarang aku ingin mendedikasikan pengakuanku ini kepada kedua orang tuaku. Orang tuaku yg paling hebat yg telah mengubah hidupku.Aku tidak tau akan menjadi apa aku jika tanpa mereka berdua. Terima kasih ayah, Terima kasih ibu. Aku berhutang sangat banyak kpd kalian dan aku tidak dapat membayangkan apakah aku mampu membalasnya.

Medan,1 september 2011
Suryono Briando Siringo

MASA DEPAN ADA DI MASA LALU


Saya pernah membaca kalimat motivasi: “Your past doesn’t equal your future” atau “Masa lalu Anda tidak sama dengan masa depan Anda”. Maksud dari pernyataan ini adalah apa pun yang terjadi di masa lalu kita tidak menentukan masa depan kita.
Benarkah demikian?
dulu saya menerima sepenuhnya pernyataan di atas. Dengan kata lain saya yakin bahwa pernyataan ini benar-benar benar. Namun, sekarang saya justru berpikir sebaliknya. Saat ini, saya tahu bahwa masa lalu sama dengan masa depan atau masa depan ada di masa lalu.
Jika masa lalu tidak sama dengan masa depan, lalu mengapa ada begitu banyak orang yang sulit mencapai impian mereka? Mengapa mereka, yang telah berusaha sedemikian keras alias melakukan sangat banyak upaya, membaca banyak buku sukses, ikut berbagai pelatihan pengembangan diri, masih saja tetap sulit berhasil?
Sebaliknya, mengapa ada orang yang tidak perlu membaca buku, tidak usah dengar kaset motivasi, nggak pernah ke berbagai seminar, dan hanya dengan upaya yang sedikit, eh… mudah sekali mencapai sukses yang mereka inginkan.
bahwa hampir semua tindakan kita, saat ini, dipengaruhi oleh pembelajaran berdasar pengalaman hidup kita di masa lalu, baik itu pengalaman positif maupun pengalaman negatif.
Dari hasil perenungan saya akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa masa lalu seseorang sama dengan masa depan mereka. Jika tetap berpegang teguh pada pernyataan bahwa masa lalu tidak sama dengan masa depan maka kalimat ini perlu sedikit dimodifikasi.
Saya akhirnya menambahkannya menjadi, “Masa lalu tidak sama dengan masa depan, bila kita mengembangkan kesadaran diri untuk berpikir dan bertindak dengan prinsip kekinian.”

Tadi saya mengatakan bahwa masa lalu tidak sama dengan masa depan, bila kita mengembangkan kesadaran diri untuk berpikir dan bertindak dengan prinsip kekinian. Untuk bisa membuat masa depan tidak sama dengan masa lalu maka kita perlu mengembangkan kesadaran diri. Kesadaran ini yang membuat kita bertindak tidak lagi berdasar “data base” atau “program” pikiran akibat pengalaman masa lalu namun berdasar kondisi kita saat ini. Inilah yang saya maksudkan dengan prinsip kekinian.
Prinsip kekinian menyatakan bahwa saat ini (kini) adalah titik awal dari langkah kehidupan yang akan kita tempuh. Kita beroperasi dengan pengetahuan, pengalaman, pemahaman, prinsip hidup, dan kebijaksanaan yang berhasil kita kembangkan hingga saat ini. Kita tidak membiarkan masa lalu mendikte hidup kita. Kita mengenang masa lalu hanya sebagai sejarah hidup kita. Kita belajar dari masa lalu dan menjadi lebih bijaksana.
Masa depan sama dengan masa lalu karena kita "tidak bebas" menjalani kehidupan di dunia sebagai akibat dari ketidaksadaran kita.
"Tidak bebas" menjalani hidup maksudnya tidak bebas menjadi diri kita sendiri karena rasa takut seperti takut dosa, takut karma buruk, takut salah, takut berakibat buruk dan takut-takut lainnya yang dibenarkan oleh pikiran kita..menjalani hidup dengan “tidak bebas” akibat penjara mental yang dibangun oleh pikiran lita, untuk melindungi kita dari hal-hal “negatif”, menurut pikiran itu sendiri.
Ketidaksadaran membuat kita tidak sadar akan adanya:
- kebenaran, karena kita terkekang oleh "kebenaran" dan "ketidakbenaran" menurut penafsiran pikiran kita.
- keadilan, karena kita terkekang oleh "keadilan" dan "ketidakadilan" menurut penafsiran pikiran kita.
- surga, karena kita terkekang oleh "surga" dan "neraka" menurut penafsiran pikiran kita.
- karma baik, karena kita terkekang oleh "karma baik" dan "karma buruk" menurut penafsiran pikiran kita.
-keberlimpahan, karena kita terkekang oleh "kekayaan" dan "kemelaratan" menurut penafsiran pikiran kita.
- kebahagiaan, karena kita terkekang oleh "kebahagiaan" dan "ketidakbahagiaan" menurut penafsiran pikiran kita.
Hanya melalui kebijaksanaan kita mampu bebas dari jerat "benar" dan "tidak benar" menurut pikiran sehingga mampu melihat apa yang ada secara jernih. Kebijaksanaan hanya muncul ketika kita memutuskan untuk menjadi sadar.
Pada saat kita telah benar-benar sadar maka masa lalu tidak sama dengan masa depan, masa depan tidak ada di masa lalu, masa depan adalah hasil pencapaian yang diraih melalui perencanaan yang matang berdasar peta kehidupan yang kita rancang sendiri, secara hati-hati dan saksama, berdasar kesadaran kita pada saat itu.